Rabu, 01 Agustus 2012

RA Kosasih, Seniman Sastra Komik

RA Kosasih. TEMPO/Jacky Rachmansyah
Komik bisa disebut pintu gerbang untuk memulai kebiasaan membaca. Banyak orang mengaku suka membaca diawali dengan membaca bacaan yang ringan-ringan seperti komik, selanjutnya bergerak memburu bacaan yang lebih berat, misalnya novel yang murni berisi kata-kata tanpa gambar. Lewat komik, kata-kata dan gambar menyatu hingga melahirkan imajinasi. Kata dan gambar di dalam komik membimbing si pembaca untuk menikmati jalan cerita. Gambar di dalam komik seperti hidup layaknya tv portable.

Nah, ngomong-ngomong soal komik, Indonesia juga memiliki seniman ternama yakni seniman komik wayang Raden Ahmad (RA) Kosasih yang telah meninggal Selasa, 24 Juli 2012. RA Kosasih telah menciptakan ratusan komik wayang yang telah dibaca berbagai generasi. Entah berapa puluh generasi yang menyukai membaca gara-gara komik wayang RA Kosasih. Maka bisa disimpulkan bahwa RA Kosasih ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa lewat komik yang melahirkan kebiasaan membaca.

mahabharata_war.jpg kmrao.wordpress.com
Pendiri situs KomikIndonesia.com, Andy Wijaya, menganggap wafatnya RA Kosasih sebagai kehilangan besar bagi jagat komik Indonesia. “Dia kami sebut Bapak Komik Indonesia,” kata Andy, seperti dikutip TEMPO.CO, Selasa, 24 Juli 2012. Tempo melaporkan, RA Kosasih meninggal di usia 93 tahun sekitar pukul 01.00 WIB, Selasa, 24 Juli 2012, di rumahnya di Jalan Cempaka Putih III Nomor 2 Rempoa, Ciputat.

Wafatnya pria kelahiran Bogor itu tentu saja menjadi pemberitaan media massa. Banyak yang menaruh hormat dan merasa kehilangan. Meski begitu, meninggalnya sang komikus diyakini tidak akan membuat karya-karyanya ikut mati dan terkubur.

“Karya-karya RA Kosasih begitu fenomenal. Usia karyanya tak akan pernah mati. Beliau boleh mati sebagai manusia. Tetapi karyanya akan tetap hidup,” ungkap Rois Am Majelis Sastra Bandung yang juga agen penjual komik karya RA Kosasih, Mat Don.

Seperti yang lainnya, Mat Don mengaku sangat kehilangan almarhum. Meskipun hanya mengenal almarhum lewat karya-karyanya. Pria yang juga pernah menjalani profesi wartawan di beberapa media ini menilai, komik karya RA Kosasih memiliki ciri khusus yang ekslusif, yakni mengandung unsur sastra. Maka Mat Don menyebut karya RA Kosasih sebagai sastra komik. “Beliau bukan hanya pengembang komik wayang tetapi juga pengembang sastra komik yang konsisten," tambahnya.

Krishna_epiphany.jpg arryavisbrown.homestead.com
Disebut sastra komik, karena karya-karya RA Kosasih mengandung etika dan pelajaran budi pekerti selain selain memuat gambar cerita wayang. Ajaran sastra Hindu dan sastra Jawa-Sunda tradisional mampu dikemas RA Kosasih dengan bahasa yang sederhana tanpa kehilangan maknanya.

Komik RA Kosasih yang mulai melejit pada era 1930-an. Kosasih menekuni komik dengan genre tersendiri, yakni wayang. Kata Mat Don, Kosasih juga berhasil memancing seniman komik Indonesia lainnya untuk membuat komik, meski tidak harus komik wayang. Buktinya, setelah komik wayang munculah genre komik berikutnya, yakni komik silat yang lahir dari generasi komikus selanjutnya.

Namun setelah era RA Kosasih dan pasca komik silat oleh generasi berikutnya, nampaknya belum ada lagi komik tanah air yang berpegangan kepada tradisi dan sejarah. Terlebih saat ini dunia komik didominasi oleh komik-komik asing terutama komik Jepang.

“Saya belum lihat lagi ada genre baru. Ya mudah-mudahan ada lagi karena wayang kan ciri khas komik Indonesia," kata pria yang memiliki koleksi ratusan judul komik wayang karya RA Kosasih.

Di sisi lain, Mat Don yang membuka kios buku di Komunitas Kebon Seni Tamansari Bandung ini memiliki pengalaman khusus pada saat menjelang meninggalnya RA Kosasih. "Setahun ini komik wayang RA Kosasih lagi diburu," katanya. Para pencari komik terutama datang dari kalangan usia 40 tahun ke atas. "Mungkin untuk nostalgia dan mengajarkan nilai-nilai yang ada pada komik kepada anak-anak cucunya. Ya supaya senang baca juga. Penjualan paling hebat terjadi Juni kemarin.”

Mat Don menjual komik karya RA Kosasih yang terdiri dari ratusan judul. Satu judul terdiri dari beberapa seri yang harganya antara Rp10 ribu hingga Rp125 ribu. Karya RA Kosasih yang paling monumental dan paling dicari adalah komik berjudul Mahabharata seri A dan B, sebuah epos dari India. "
Sampai hari ini, setelah dikabarkan RA Kosasih meninggal, makin banyak yang cari terutama Mahabharata," ungkapnya.

Komik Mahabarata terdiri dari dua seri dan dua edisi. Edisi softcover Rp55 ribu dan edisi hardcover Rp180 ribu. Komik RA Kosasih lainnya yang juga banyak di cari berjudul Barathayuda, Pandawaseda, Parikesit, Ramayana, Wayang Purwa, Arjuna, dan lainnya.

RA Kosasih memulai kariernya pada penerbit Melodi di Bandung. Beberapa karyanya ternamanya juga diterbitkan oleh Penerbit Maranatha. Pada dasawarsa 1990-an karyanya diterbitkan ulang penerbit Elex Media Komputindo dan penerbit Paramita, Surabaya.

Komik+RA+Kosasih01.jpg thegreatindianperformance.wordpress.com
You +1'd this publicly.

Selamat Jalan Bapak Kosasih......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...