Sejumlah orang berpakaian adat duduk
bersila menghadapi hamparan sesaji dan tungku yang menyala. Mereka sedang meruwat
Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat. dengan ruwatan, kantor pemeritah Provinsi
Jawa Barat itu diharapkan jauh dari nafsu kekuasaan.
Ruwatan Gedung Sate ini bukan acara
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, melainkan pembukaan rangkaian acara kesenian
bertajuk “Anual Jeprut” yang digelar seniman Bandung, 31 hingga 9 November
mendatang.
Meski ritual ini bersifat kesenian, namun
tetap saja kental dengan nuansa mistik. Nuansa ini diperkuat dengan aroma
kemenyan yang tajam yang berasal dari 16
tungku pedupaan, sehingga bagian depan Gedung Sate seperti berkabut. Lalu seorang
sinden melantunkan tembangnya, diiringi gamelan yang ditabuh para pemuda
berpakaian hitam dan ikat kepala batik.
Ritual yang dimulai pukul 14.00 WIB ini dilakukan
sekitar 30 orang, tampak para seniman “Anual Jeprut” Tisna Sanjaya, Wawan
Husen, Heri Dim, penari Ine Arini, pelukis Isa Perkasa, Yusef Muldiana, dan lainnya.
Mereka bersila membentuk lingkaran, menghadapi
hamparan sesaji, pedupaan yang menyala, bongkahan kemenyan, kembang setaman,
tumpeng nasi kuning, telur ayam, batang tebu dan bambu kuning, kelapa muda yang
ditusuk kujang (senjata tradisional Sunda), dan berbagai rempah-rempah. Tak
ketinggalan, sisingaan dan kuda lumping pun ikut melengkapi upacara.
Dua orang pria berpakaian putih kemudian melantunkan
doa dan salawat yang diiringi petikan kecapi, menggantikan tembang sinden. Ritual
ini menarik warga yang melintas di depan Gedung Sate. Puluhan wartawan sibuk
mengabadikan momen langka ini.
Salah satu yang menjadi pusat perhatian
adalah bergeletakannya delapan orang yang dari kepala sampai ujung kaki
ditutupi kain putih, seperti kain kafan. Di antara sosok-sosok yang menyerupai
mayat itu duduk seorang perempuan dan laki-laki dengan tatapan lulus ke depan sambil
memegangi setangkai daun pisang.
Pemimpin ruwatan, seniman tari tradisional
yang juga dosen STSI Bandung, Mas Nanu Muda, menjelaskan ngaruwat merupakan
upacara yang penuh simbol dan makna, sebuah tradisi warusan leluhur atau kearifan
lokal yang menyatukan manusia, alam, dan penciptanya.
Dalam ruwatan ini selalu diwarnai dengan prosesi
ngukus (membakar kemenyan) yang menghasilkan
asap mengepul dan menimbulkan bau wangi. Prosesi ngukus menggambarkan bentuk dari doa yang dipanjatkan; doa ini terbang
seperti asap menuju langit. Doa yang baik akan menebarkan wewangian atau
kebaikan. Kejahatan akan dibakar dalam tungku yang menyala.
Secara harfiah, ngaruwat berasal dari kata ruwat
yang berarti bebas atau lepas. Jadi kata ngaruwat
berarti membebaskan atau melepaskan. “Yang diruwat adalah makhluk yang semula
hidup mulia atau bahagia kemudian menjadi hina dan sengsara. Untuk membebaskannya
ia harus diruwat, harus dibebaskan dari kesengsaraan dan kehinaan,” jelas Nanu.
Dengan kata lain, ngaruwat merupakan upacara
berisi doa menolak bala. Tradisi ini kini mungkin asing bagi warga kota. Gedung
Sate sengaja dipilih menjadi tempat yang diruwat karena menjadi simbol pemerintahan.
Pemerintah merupakan unsur penting dalam negara. Kepada pemerintah, rakyat
memberikan mandatnya.
Lewat pemberian mandat itu rakyat berharap
pemerintah bisa mendistribusikan kemakmuran dan kebahagiaan. Tetapi yang
terjadi saat ini justru sebaliknya, para elit pemerintah sibuk dengan
kepentingannya sendiri. Rakyat dibiarkan sengsara, terbelit urusan ekonomi
sehari-hari, dipusingkan dengan korupsi dan hingar-bingar politik.
Karena itu menurut Nanu pemerintah harus
diruwat, harus didoakan agar nafsu berebut kekuasannya hangus dalam tungku,
lalu berubah menjadi asap yang wangi seperti kemenyan. Sesuatu yang wangi akan
menghasilkan kebaikan. Pemerintah yang wangi akan meninggalkan sifat jahatnya, dan
menggantinya dengan sifat kasih sayang, lalu membuat kebijakan demi kebahagiaan
rakyatnya.
“Kita melakukan ruwatan di Gedung Sate supaya pemerintah memberikan kemakmuran kepada rakyatnya, memberi kebahagiaan, memberi yang manis-manis, jangan yang pahit-pahit. Lewat ruwatan ini kita berdoa agar kebaikan pemerintah terbuka dan keburukan pemerintah ditutup,” terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar