Sabtu, 06 Desember 2014

Ruwatan Gedung Sate

Sejumlah orang berpakaian adat duduk bersila menghadapi hamparan sesaji dan tungku yang menyala. Mereka sedang meruwat Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat. dengan ruwatan, kantor pemeritah Provinsi Jawa Barat itu diharapkan jauh dari nafsu kekuasaan.

Ruwatan Gedung Sate ini bukan acara Pemerintah Provinsi Jawa Barat, melainkan pembukaan rangkaian acara kesenian bertajuk “Anual Jeprut” yang digelar seniman Bandung, 31 hingga 9 November mendatang.

Meski ritual ini bersifat kesenian, namun tetap saja kental dengan nuansa mistik. Nuansa ini diperkuat dengan aroma kemenyan  yang tajam yang berasal dari 16 tungku pedupaan, sehingga bagian depan Gedung Sate seperti berkabut. Lalu seorang sinden melantunkan tembangnya, diiringi gamelan yang ditabuh para pemuda berpakaian hitam dan ikat kepala batik.

Ritual yang dimulai pukul 14.00 WIB ini dilakukan sekitar 30 orang, tampak para seniman “Anual Jeprut” Tisna Sanjaya, Wawan Husen, Heri Dim, penari Ine Arini, pelukis Isa Perkasa, Yusef Muldiana, dan lainnya.

Mereka bersila membentuk lingkaran, menghadapi hamparan sesaji, pedupaan yang menyala, bongkahan kemenyan, kembang setaman, tumpeng nasi kuning, telur ayam, batang tebu dan bambu kuning, kelapa muda yang ditusuk kujang (senjata tradisional Sunda), dan berbagai rempah-rempah. Tak ketinggalan, sisingaan dan kuda lumping pun ikut melengkapi upacara. 

Dua orang pria berpakaian putih kemudian melantunkan doa dan salawat yang diiringi petikan kecapi, menggantikan tembang sinden. Ritual ini menarik warga yang melintas di depan Gedung Sate. Puluhan wartawan sibuk mengabadikan momen langka ini.

Salah satu yang menjadi pusat perhatian adalah bergeletakannya delapan orang yang dari kepala sampai ujung kaki ditutupi kain putih, seperti kain kafan. Di antara sosok-sosok yang menyerupai mayat itu duduk seorang perempuan dan laki-laki dengan tatapan lulus ke depan sambil memegangi setangkai daun pisang.

Pemimpin ruwatan, seniman tari tradisional yang juga dosen STSI Bandung, Mas Nanu Muda, menjelaskan ngaruwat merupakan upacara yang penuh simbol dan makna, sebuah tradisi warusan leluhur atau kearifan lokal yang menyatukan manusia, alam, dan penciptanya.

Dalam ruwatan ini selalu diwarnai dengan prosesi ngukus (membakar kemenyan) yang menghasilkan asap mengepul dan menimbulkan bau wangi. Prosesi ngukus menggambarkan bentuk dari doa yang dipanjatkan; doa ini terbang seperti asap menuju langit. Doa yang baik akan menebarkan wewangian atau kebaikan. Kejahatan akan dibakar dalam tungku yang menyala.

Secara harfiah, ngaruwat berasal dari kata ruwat yang berarti bebas atau lepas. Jadi kata ngaruwat berarti membebaskan atau melepaskan. “Yang diruwat adalah makhluk yang semula hidup mulia atau bahagia kemudian menjadi hina dan sengsara. Untuk membebaskannya ia harus diruwat, harus dibebaskan dari kesengsaraan dan kehinaan,” jelas Nanu.

Dengan kata lain, ngaruwat merupakan upacara berisi doa menolak bala. Tradisi ini kini mungkin asing bagi warga kota. Gedung Sate sengaja dipilih menjadi tempat yang diruwat karena menjadi simbol pemerintahan. Pemerintah merupakan unsur penting dalam negara. Kepada pemerintah, rakyat memberikan mandatnya.

Lewat pemberian mandat itu rakyat berharap pemerintah bisa mendistribusikan kemakmuran dan kebahagiaan. Tetapi yang terjadi saat ini justru sebaliknya, para elit pemerintah sibuk dengan kepentingannya sendiri. Rakyat dibiarkan sengsara, terbelit urusan ekonomi sehari-hari, dipusingkan dengan korupsi dan hingar-bingar politik.

Karena itu menurut Nanu pemerintah harus diruwat, harus didoakan agar nafsu berebut kekuasannya hangus dalam tungku, lalu berubah menjadi asap yang wangi seperti kemenyan. Sesuatu yang wangi akan menghasilkan kebaikan. Pemerintah yang wangi akan meninggalkan sifat jahatnya, dan menggantinya dengan sifat kasih sayang, lalu membuat kebijakan demi kebahagiaan rakyatnya.

“Kita melakukan ruwatan di Gedung Sate supaya pemerintah memberikan kemakmuran kepada rakyatnya, memberi kebahagiaan, memberi yang manis-manis, jangan yang pahit-pahit. Lewat ruwatan ini kita berdoa agar kebaikan pemerintah terbuka dan keburukan pemerintah ditutup,” terangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...