Sabtu, 01 Oktober 2011

Sawung Jabo Hidupkan Kritik Dalam Musik Di Taman Budaya Bandung

                                                                       foto: ayobicara.com
MUSISI Sawung Jabo dengan band legendarisnya, Sirkus Barock, tampil di Taman Budaya Dago Tea House, Bandung, Jawa Barat, Minggu 22 Mei 2011 malam. Konser di Gedung Teater Tertutup yang berkapasitas 650 kursi itu dipenuhi penonton, bagkan dari Australia.

Konser bertema Langit Merah Putih ini dibuka pukul 20.00 WIB dengan nyanyian Indonesia Raya. Usai lagu kebangsaan, tepuk tangan penonton membahana memanggil Sawung Jabo dan Sirkus Barock ke atas panggung. Jabo muncul mengenakan setelan serba merah, plus ikat kepala merah. Tandem Iwan Fals di band Swami dan Kantata Taqwa ini tampak tua, beberapa uban muncul di kumisnya yang lebat. Namun tetap semangat.

Para personil Barock juga mengenakan setelan semarak menandakan kebhinekaan musik mereka. Begitu juga dengan alat musik yang dibawakan. Bayangkan saja, persembahan GILMUZ ini, Barock menampilkan empat gitar, Jabo pegang akustik, Toto Tewel (gitar elektrik-akustik), Joel Tampeng (gitar elektrik-latar vokal), Ryan Zanuardy (gitar elektrik).

Sementara Bagus Mazasupa memainkan keyboard, Sinung Glanung (bass), Ucok Hutabarat (biola), Endi Baroque (drum), Verri Pramusetyono (bedug, taganing, djembe, rebana), Denny Dumbo (suling, selompret, bonang, djembe, rebana), Giana Sudaryono (bonang, rebana, vokal latar). 

Begitu di atas panggung berlatar bendera merah putih, bedug ditabuh, diiringi dengan lonceng. Tanpa basa-basi dan tanpa gitar, Jabo langsung menyuguhkan lagu pertama, Burung Putih. Berikutnya, Jabo mengambil gitar akustiknya dan langsung menyuguhkan dua lagu berikutnya yang diiringi sayatan biola, bersahutan dengan melodi gitar listrik, kadang menyelinap musik etnik. Sering juga pukulan drum bersahutan dengan suara bedug membuat irama musik Barock jadi terdengar anker atau menyuarakan keprihatinan. Selanjutnya Jabo juga berduet dengan pemain harmonika Bandung.

Usai nyanyi, Jabo baru menyapa penonton dan memperkenalkan personilnya sambil diselingi canda. "Bagaimana pun Bandung adalah kota yang inspiratif bagi saya. Ini bukan muji, emang bagus ya, dulu," kata Jabo, yang disambut dengan tawa penonton.

Lagu berikutnya, penonton yang tadinya hanya manggut-manggut mulai bergoyang ketika Jabo dan Barock-nya menyuguhkan lagu andalannya, Kuda Lumping. "Partai Kuda Lumping," teriak Jabo.

Lagu yang diawali dengan intro paduan suara ini bahkan diikuti penonton tanpa diminta. Saat memasuki bait Aku sudah dianggap sinting sebenarnya siapa yang sinting, hampir semua penonton ikut bernyanyi. Setelah itu petikan bass Sinung membuka musik yang penuh kritik tersebut.

Musik lagu Kuda Lumping didukung pula dengan ringkikan kuda dari gitar melodi plus bunyi terompet tradisional yang muncul dari biola Ucol. Hal itu membuat penonton yang duduk di kursi bergerak mengikuti irama, beberapa penonton ada yang berjoget di kiri kanan panggung. Lagu ini berakhir dengan gemuruh tepuk tangan dan siulan yang panjang.

"Bumi pertiwi hingga kini masih teperkosa anak cucunya," kata Jabo, lalu dia menyuguhkan lagu Di Langit Srigala Sakit Jiwa. Dia kembali melepas gitarnya, memamerkan gaya panggungnya yang khas, dengan gestur yang kaku, kadang menggeleparkan 10 jarinya. Jabo kembali bermain gitar akustik ketika menyuguhkan lagu Di Hatimu Aku Berlindung. Lagu ini diawali dengan gesekan biola yang diterompetkan dan gamelan khas Tanah Minang.

"Lagu berikutnya saya tulis dengan saudara Iwan Fals di Swami 2, Nyanyian Jiwa," sebut Jabo, lagi-lagi penonton bergemuruh yang mulai reda ketika petikan gitar. Tanpa diminta penonton ikut bernyanyi: Aku sering ditikam cinta pernah dilemparkan badai tapi aku tetap berdiri".

Musik menghentak. Sayatan biola bersahutan dengan hentakan instrumen lain yang semarak. Selanjutnya, Jabo membawakan lagu puitis yang syairnya ditulis almarhum
WS Lendra, Kemarin dan Esok dan Kesaksian. "Untuk mengenang yang meninggal. Kita juga harus siap menyongsong kematian," katanya.

Pada lagu Kesaksian, intro petikan gitarnya membuat penonton terhenyak dan makin terkesima ketika keyboard dan biola turut mengiringi. Namun pada saat Jabo melantun, Aku mendengar suara, penonton kembali bernyanyi. Usai lagu lirih Kesaksian, Jabo membalikan suasana jadi liar dan rock saat menampilkan lagu Bongkar. Kali ini jumlah penonton yang berjingkrak makin banyak. "Sebab di PN tak ada lagi yang bisa dipercaya," cetus Jabo.

                                                             foto: flickr.com


Hingga pukul 21.00 WIB, konser Langit Merah Putih masih berlangsung, di antaranya menyuguhkan lagu Swami, Cinta. Penampilan Sirkus Barock malam itu betul-betul menyajikan suguhan musik berkualitas dan berbobot. Barock menyajikan musik yang unik, paduan aransemen yang berbobot, tema lagu kuat, berlirik lugas, kritis, dan puitis. Vokal Jabo menambah dinamis kelompok ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...